kasus dbd


Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mencatat, sejak Januari hingga minggu ke-32 tahun 2023 terdapat 19 kasus kematian akibat demam berdarah dengue atau DBD. Semua kasus kematian tersebut merupakan anak-anak.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Barat Erna Yulianti, saat ditemui, Jumat (11/8/2023) sore, menuturkan, kasus DBD di Kalbar sejak Januari hingga minggu ke-32 dilaporkan sebanyak 1.306 kasus dengan 19 kematian. Kasus DBD tersebar di sejumlah kabupaten/kota.

Di Kabupaten Kubu Raya ada 316 kasus DBD dengan 4 kasus kematian, Kabupaten Sintang 205 kasus dengan 2 kasus kematian, dan Kabupaten Ketapang 162 kasus dengan 2 kasus kematian. Kemudian di Kabupaten Kayong Utara terdapat 104 kasus DBD, tetapi tidak ada kasus kematian.

Lalu, Kota Pontianak ada 68 kasus DBD dengan 1 kasus kematian. Kabupaten Mempawah ada 99 kasus DBD dengan 5 kasus kematian, dan Kabupaten Melawi ada 83 kasus dengan 2 kasus kematian. Selain itu, Kabupaten Landak ada 40 kasus DBD dengan 1 kasus kematian dan Kota Singakawang ada 34 kasus, tetapi tidak ada kematian.

Adapun di Kabupaten Kapuas Hulu terdapat 61 kasus DBD, tetapi tidak ada kasus kematian, Kabupaten Sekadau ada 64 kasus dengan 1 kasus kematian, serta Kabupaten Sambas ada 13 kasus dan tidak ada kasus kematian. Selain itu, Kabupaten Sanggau ada lima kasus DBD dan tidak ada kasus kematian.

Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar sejauh ini sudah mendistribusikan logistik penanganan DBD. Pihaknya berharap dinkes kabupaten/kota terus melaksanakan promosi kesehatan kepada masyarakat dan mengingatkan pencegahan untuk menurunkan kasus DBD. ”Masyarakat diimbau meningkatkan perilaku hidup sehat,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, dr. Erna Yulianti yang menyebut masih bertambahnya kasus DBD di Kalbar diakibatkan oleh musim hujan yang mulai melanda wilayah Kalbar. Kondisi tersebut, dikatakan Kadiskes, secara tak langsung membuat populasi nyamuk Aedes Aegypti (penyebab utama DBD) meningkat. 

"Terlebih di musim hujan seperti ini telur-telur (Aedes Aegypti) yang tadinya belum menetas, akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai terisi air hujan," terang Kadiskes Kalbar, Senin (30/10/2023). 

dr. Erna mengatakan, hal ini yang menjadi faktor utama meningkatnya populasi nyamuk, sehingga menyebabkan peningkatan penularan DBD. 

Disamping itu, dirinya juga mengingatkan terkait belum tersedianya pengobatan yang spesifik untuk penanggulangan DBD, maka diperlukan adanya upaya pencegahan dan manajemen vektor yang efektif oleh masyarakat luas. 

"Termasuk pula yang harus digencarkan peningkatan sistem surveilans dan respon cepat dalam mendeteksi dengue di layanan primer dan rumah sakit dalam menangani wabah, hingga penatalaksanaan kasus berkualitas, serta partisipasi dari masyarakat dan mitra yang berkesinambungan harus terus ditingkatkan," paparnya. 

"Dan tak lupa peran pendekatan multisektor yang terkoordinasi perlu diperkuat untuk meningkatkan kesiapan daerah dalam menghadapi masalah dan mengantisipasi dampak DBD yang akan datang," timpalnya. 

Lebih jauh, dr. Erna juga menyebut tingginya angka kematian akibat DBD di Kalbar juga dilatarbelakangi lambatnya penanganan terhadap pengidap (DBD) ke fasilitas kesehatan (faskes). 

Merujuk pada berbagai hal tersebut, Kadiskes turut mengimbau agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran DBD, khususnya di memasuki musim penghujan. Selain itu, dia juga mengajak seluruh masyarakat untuk aktif melakukan upaya PSN 3 M plus dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PBHS) dengan melakukan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). 

"Gerakan 3Mplus dapat dilakukan, yakni dengan Menguras tempat yang dijadikan penampungan air, Menutup rapat tempat penampungan air, Mendaur ulang barang bekas tak digunakan," imbuhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Hidup Aulerio Alexis

artikel pemilu